BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Angin
adalah gerak atmosfer atau udara nisbi terhadap permukaan bumi. Gerak ini gerak
mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi horisointal dan dimensi vertikal. Pada
umumnya atmosfer adalah horisontal, karena daerah yang diliputnya jauh lebih
luas dan kecepatan horisontalnya jauh lebih besar daripada kecepatan
vertikalnya. Adapun penyebab perbedaan tekanan udara adalah intensitas panas
matahari. Udara yang terkena panas matahari akan mengembangkan sehingga tekanan
udara menjadi rendah. Oleh karena itu, udara bergerak dari daerah yang
bertekanan udara tinggi menuju daerah bertekanan udara rendah.
Dipermukaan
bumi daerah yang mempunyai tekanan udara rendah adalah di khatulistiwa karena
selalu mendapat sinar matahari. Adapun di derah kutub utara dan kutub selatan
tekanan udaranya lebih tinggi. Oleh karena itu, aliran udara bergerak dari
daerah kutub menuju daerah khatulistiwa. Hubungan antara tekanan udara dan arah
angin dinyatakan dalam hukum buys ballot bahwa udara mengalir dari daerah
bertekanan maksimum ke daerah minimum. Arah angin akan membelok ke kanan di
belahan bumi utara dan membelok ke kiri di belahan bumi selatan.
Besar
kecilnya kecepatan angin di tentukan oleh :
a. Besar
kecilnya gradien berometrisnya.
Gaya gradien barometris
adalah besarnya perbedaan tekanan udara antara 2 isobar yang berjarak 111 km
dan dinyatakan dalam milibar (mb). Makin besar perbedaan tekanan udara tersebut
makin cepat angin bergerak.
b. Banyak
sedikitnya hambatan.
Faktor yang dpat
menjadi hambatan gerakan angin antara lain relief pemukaan bumi, gedung-gedung
(bangunan), dan pohon-pohon. Makin banyak rintangan yang menghalang laju
gerakan angin, makin lambat kecepatan angin tersebut.
c. Letak
hambatan
Kecepatan angin di
dekat khatulistiwa lebih cepat dari lainya. Sebalinya yang lebih jauh dari
khatulistiwa lebih lambat.
d. Tinggi
tempat
Semakin tinggi tempat semakin
kencang pula angin yang bertiup
e. Waktu
Di siang hari angin
bergerak lebih cepat daripada di malam hari.
Tekanan
udara berbeda-beda antar tempat dan pada
tempat tertentu dapat berubah secara dinamis. Perbedaan tekanan udara itu
menyebabkan terjadinya angin. Oleh karena itu, angin juga sangat beragam
bergantung tempatnya. Angin selalu diberi nama sesuai dengan arah asalnya. Kata
"muson" tampaknya berasal dari sebuah kata dalam bahasa Arab (mosem), yang berarti musim. Kata ini
paling sering digunakan untuk perubahan
musiman arah angin di sepanjang pesisir Samudra Hindia, khususnya di Laut Arab, yang
bertiup dari barat daya untuk setengah tahun dan dari timur laut untuk setengah
tahun lainnya. Pelaut Yunani dalam
legenda, Hippalus secara
tradisional dianggap sebagai orang pertama yang menggunakan muson untuk
mempercepat pelayaran sepanjang Samudra Hindia, nama kuno untuk angin muson di
daerah ini juga dipanggil Hippalus.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
saja jenis angin muson?
2. Bagaimana
proses terjadinya angin muson?
3. Apa
dampak angin muson terhadap curah hujan dan angin di Indonesia?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui jenis angin muson
2. Untuk
mengetahui proses terjadinya angin muson
3.
Untuk mengetahui dampak
yang ditimbulkan angin muson
BAB II
PEMBAHASAN
Wilayah
Indonesia terdiri dari
atas pulau-pulau, baik besar maupun kecil. Kepulauan Indonesia dengan semua
wilayah perairannya
dipandang oleh bangsa Indonesia
sebagai satu kesatuan yang utuh, tidak terpisah-pisah antara satu pulau dengan
pulau lainya. Secara umum kondisi musim yang ada di Indonesia dipengaruhi oleh
fenomena iklim global antaranya El Nino, La Nina atau Dipole Mode dan fenomena
iklim regional seperti sirkulasi Monsun Asia-Australia. Wilayah ekuator pada
umumnya merupakan wilayah pusat tekanan rendah atau lebih dikenal dengan
wilayah siklon. Wilayah siklon merupakan wilayah tempat berkembangnya awan-awan
konvektif yang menjadi sumber pertumbuhan badai dan cuaca buruk lainnya.
Wilayah ini lebih dikenal dengan nama Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ).
Wilayah ini terletak antara lintang 5°
sampai 23° baik utara maupun selatan.
Letak
geografis adalah kedudukan suatu tempat dibandingkan dengan daerah-daerah lain
disekitarnya. Letak geografis ini sering dinamakan posisi relatif atau posisi
yang sebenarnya dilihat dari daerah lain. Secara geografis, kepulauan Indonesia diapit oleh
dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudra, yaitu
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Pengaruh letak geografis terhadap kehidupan
di Indonesia adalah
bertiupnya angin muson. Angin muson di Indonesia
ada 2 macam yaitu:
a. Angin
muson barat
Angin muson barat terjadi pada bulan Oktober - Februari. Hal ini
dikarenakan pada 23 September sampai dengan 21 Maret, matahari tepat berada di
bumi selatan sampai pada garis lintang 23,5° LS tepat pada 22 Desember. Letak
matahari tersebut menyebabkan intensitas penyinaran matahari di benua Australia
lebih tinggi daripada di Benua Asia sehingga suhu udara di Australia maksimum
dan di Asia minimum. Dengan demikian, tekanan udara di Asia menjadi tinggi dan di Australia
menjadi rendah, karena angin selalu bertiup dari tekanan udara yang tinggi ke
tekanan udara yang rendah maka bertiuplah dari Asia ke Australia melalui
Indonesia. Angin ini melalui Lautan Teduh (Hindia) dan Samudera Pasifik yang
luas, sehingga angin ini mengandung banyak uap air. Akhirnya, terjadilah hujan
di sebagian besar wilayah Indonesia.
b. Angin
muson timur
Angin ini disebut juga angin muson tenggara dan bertiup pada bulan April
sampai dengan Agustus. Hal ini karena mulai 21 Maret sampai 23 September
kedudukan matahari tepat berada di utara sampai garis lintang 23,5° LU pada 21 Juni.
Intensitas sinar matahari lebih tinggi di Benua Asia daripada di Benua
Australia. Akibatnya, di Asia tekanan udara rendah dan di Australia tekanan
udaranya tinggi. Akhirnya, bertiuplah angin dari Australia menuju Asia. Karena
melewati stepa dan sabana (padang rumput) yang luas, angin ini tidak membawa
uap air sehingga sebagian wilayah Indonesia mengalami musim kemarau. Pada
pertengahan oktober dan april baiasanya arah angin tidak jelas arahnya sehingga
pada masa tersebut musim di indonesia menjadi tidak menentu. Adapun musim
tersebut dinamakan musim pancaroba
Muson
terjadi karena daratan menghangat dan menyejuk lebih cepat daripada air. Hal
ini menyebabkan suhu di darat lebih panas daripada di laut pada musim panas.
Udara panas di darat biasanya berkembang naik, menciptakan daerah bertekanan rendah. Ini
menciptakan sebuah angin yang sangat konstan yang bertiup ke arah daratan. Curah hujan yang
terkait disebabkan udara laut yang lembap yang dialihkan ke arah pegunungan,
yang kemudian menyebabkan pendinginan, dan lalu pengembunan.
Pada musim
dingin, udara di darat menjadi lebih sejuk dengan cepat, tetapi udara panas di
laut bertahan lebih lama. Udara panas di atas laut berkembang naik, menciptakan
daerah bertekanan rendah dan angin sepoi-sepoi dari darat ke laut. Karena
perbedaan suhu antara laut dan daratan lebih kecil dibandingkan saat musim
panas, angin muson musim dingin tidak begitu konstan. Muson mirip dengan angin laut, namun
ukurannya lebih besar, lebih kuat dan lebih konstan.
Angin muson yang kita ketahui pada musim panas massa sumber udara
berasal dari tiga yaitu pertama massa udara Samudera Hindia yang bersifat
lembab, hangat, dan mengalami konvergensi setelah mendekati ekuator. Yang kedua
bersumber dari tekanan tinggi Benua Australia, massa sumber udara ini memiliki
sifat lembab dan tidak stabil. Yang ketiga bersumber dari Samudera Pasifik, massa
udaranya bersifat lembab, hangat dan lebih stabil namun ketika melewati
samudera massa udaranya menjadi tidak stabil.
Asia pada bagian timur dan bagian selatan mempunyai sirkulasi Monsun yang sangat besar. Sedangkan Asia pada bagian timur dan tenggara mempunyai sirkulasi yang sangat berkembang. Indonesia sendiri terkena efek Monsun dari Asia Timur dan Tenggara karena disebabkan oleh besarnya Benua Asia dan efek dari daratan tinggi Tibet terhadap aliran udara (Prawirowardoyo,1996). Trewartha (1995) dalam pendapatnya mengatakan massa daratan yang sangat luas di benua Asia menjadikan perbedaan yang timbul dari selisih pemanasan dan pendinginan antara daratan dan lautan lebih hebat. Lebih jauh, Asia yang membentang dari timur hingga barat pada kisaran lebar dari garis bujur di hemisfer Utara, sedangkan di hemisfer Selatan terutama adalah samudera di Selatan Ekuator. Akibatnya bagian terbesar dari perbedaan pemanasan yang menyebabakan sirkulasi Monsun, meliputi juga perbedaan utara-selatan, jadi memperkuat pergeseran normal menurut garis lintang dari sistem-sistem angin utama. Adanya deretan pegunungan yang sangat tinggi di Asia yang terentang arah timur hingga barat yaitu arah Timur Laut Kaspia ke China, sirkulasi meridional udara sangat terhambat. Hal ini membuat perbedaan musiman dalam temperatur dan tekanan yang lebih tinggi.
Asia pada bagian timur dan bagian selatan mempunyai sirkulasi Monsun yang sangat besar. Sedangkan Asia pada bagian timur dan tenggara mempunyai sirkulasi yang sangat berkembang. Indonesia sendiri terkena efek Monsun dari Asia Timur dan Tenggara karena disebabkan oleh besarnya Benua Asia dan efek dari daratan tinggi Tibet terhadap aliran udara (Prawirowardoyo,1996). Trewartha (1995) dalam pendapatnya mengatakan massa daratan yang sangat luas di benua Asia menjadikan perbedaan yang timbul dari selisih pemanasan dan pendinginan antara daratan dan lautan lebih hebat. Lebih jauh, Asia yang membentang dari timur hingga barat pada kisaran lebar dari garis bujur di hemisfer Utara, sedangkan di hemisfer Selatan terutama adalah samudera di Selatan Ekuator. Akibatnya bagian terbesar dari perbedaan pemanasan yang menyebabakan sirkulasi Monsun, meliputi juga perbedaan utara-selatan, jadi memperkuat pergeseran normal menurut garis lintang dari sistem-sistem angin utama. Adanya deretan pegunungan yang sangat tinggi di Asia yang terentang arah timur hingga barat yaitu arah Timur Laut Kaspia ke China, sirkulasi meridional udara sangat terhambat. Hal ini membuat perbedaan musiman dalam temperatur dan tekanan yang lebih tinggi.
Selama musim dingin massa daratan disebelah utara pegunungan itu
menjadi demikian dingin hingga menghasilkan sistem tekanan tinggi yang kuat di
atas Asia Timur Laut dan suatu aliran keluar udara dingin yang cukup menonjol
dari Asia Timur (Trewartha, 1995). Di lain pihak, pemanasan intensif musim
panas atas daratan subtropis yang terletak di sebelah selatannya deretan
pegunungan itu, melahirkan suatu kawasan tekanan rendah dan suatu aliran inflow
udara hangat yang kuat dan lembab ke Asia Selatan. Pada musim dingin di belahan
bumi utara (BBU), yaitu pada bulan Desember, Januari, dan februari angin Monsun
bertiup dari Siberia menuju ke benua Australia. Pada periode ini daerah yang
membentang dari ujung Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara sampai ke Irian
angin Monsun bertiup dari barat ke timur. Pola aliran udara rata-rata pada
ketinggian 2000 kaki di bulan Januari merupakan bulan maksimum dari musim
dingin di belahan bumi utara (BBU). Oleh sebab itu daerah ini dinamakan Monsun
Barat dan musimnya disebut Musim Monsun Barat, sedangkan di daerah yang
mencakup sebagian besar Sumatera lainnya dan Kalimantan Barat angin Monsun
datang dari arah Timur Laut. Oleh karena itu, angin Monsun di daerah ini
disebut Monsun Timur Laut dan Musimnya disebut Musim Monsun Timur Laut. Pada
musim panas di belahan bumi utara (BBU), terjadi sebaliknya angin Monsun
berhembus dari benua Australia menuju ke Asia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angin muson merupakan
gerakan massa udara yang terjadi karena pengaruh perbedaan tekanan udara antara
benua dan lautan. Proses terjadinya angin muson di Indonesia sangat dipengaruhi
oleh Benua Asia dan Benua Australia dan dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik. Angin muson di wilayah Indonesia dan mengalami pergantian
arah setahun dua kali. Angin muson barat menyebabkan musim penghujan di wilayah
Indonesia. Sedangkan angin muson timur menyebabkan musim kemarau di wilayah
Indonesia.
3.2 Saran
Kami sadari bahwa tugas makalah tentang angin muson
yang kami buat ini kurang sempurna utuk itu kami menerima kritik dan saran yang
membangun.
DAFTAR PUSTAKA
·
Ruhimat, Mamat,
dkk.2006. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk
kelas VII SMP. Bandung : Grafindo Media Pratama
·
Kuspriyanto,
M.Kes, Drs, Sulistinah, M.Pd, Dra. 2008. Meteorologi.
Surabaya : Unesa University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar